Filipina Bakal Contek Cara RI Kembangkan Perbankan Syariah

Kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Filipina di bidang perbankan, dimanfaatkan Filipina untuk meniru pengembangan industri perbankan berbasis syariah yang lebih dulu dijalankan Indonesia.

Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) Amando M. Tetangco menilai Indonesia memiliki pengalaman yang lebih luas dalam mengembangkan industri perbankan khususnya pada skema bank berbasis syariah.




256 Apartemen Rp 137 M di Margonda Diborong Ikatan Alumni UI

Ini sekedar demo artikel/berita
============================
Ikatan Alumni UI membeli 256 unit apartemen di Evenciio Margonda dengan nilai sekitar Rp 137 miliar. Nantinya, tower kedua Evenciio ini akan diberi nama Iluni UI Tower.

Direktur Utama PT Wisma Seratus Sejahtera, anak usaha PT PP Properti Silvester Purnomo ini bertujuan menyediakan hunian bagi alumni UI dan keluarga besar UI, baik itu mahasiswa maupun seluruh karyawan UI.

“Besar harapan kami bahwa kerja sama antara PT Daya Makara, Bank BTN dan WSS bisa menyediakan hunian layak bagi keluarga besar UI,” kata Purnomo di Gedung Bank BTN, Selasa (30/5/2017)

Purnomo menjelaskan pengerjaan fisik untuk apartemen ini sudah dimulai sejak 2 bulan lalu. Kemudian ditargetkan selesai pada 2019 mendatang.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Iluni UI Arief Budi Hardono mengatakan apartemen tersebut dilengkapi dengan konsep terintegrasi untuk alumni dan mahasiswa.

“Sebuah titik awal Iluni UI untuk membuat konsep seperti itu, kami segera mendaftar dan ada kesempatan untuk membuat Brand Iluni UI Tower,” ujar Arief.

Evenciio adalah dua tower apartemen mahasiswa berkonsep bebas narkoba yang terdiri dari 1240 unit yang sudah dipasarkan 8 bulan lalu. Tower pertama sudah terjual hampir 70%.

Selain Evenciio, proyek apartemen mahasiswa lainnya adalah Paltrow City di Tembalang (Semarang), Satu tower di Grand Dharmahusada Lagoon (Surabaya), apartemen siswa di Malang dan Serpong akan menggunakan konsep tersebut. (dna/dna)




Panglima TNI: Bumi Sudah Overload, Kompetisi Global Semakin Sengit

Ini sekedar contoh berita
==========================

Bantul – Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengungkapkan saat ini tantangan terbesar Indonesia adalah menghadapi kompetisi global yang semakin sengit. Karena sekarang antar negara bersaing, sementara jumlah penduduk di bumi terus bertambah, bahkan sudah melebihi kapasitas.

Bertambahnya jumlah penduduk tersebut, kata Gatot, tidka diimbangi dengan ketersediaan pangan yang cukup. Hal tersebut akhirnya menyisakan masalah pelik, seperti kemiskinan dan kelaparan.

“Tahun 2011 jumlah penduduk di bumi sudah 7 miliar. Padahal menurut peneliti daya tampung bumi hanya 3-4 miliar,” ujar Gatot Nurmantyo saat memberikan pemaparan pengajian kebangsaan di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Minggu (4/6/2017) malam,

Karena daya tampung bumi overload, muncul persoalan-persoalan sosial. Bahkan menilik catatan Gatot, akibat kepadatan penduduk ini hampir setiap hari ada 41.000 anak meninggal dunia.

“Karena kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan buruk. Ini menandakan bumi sudah overload, disamping itu orang butuh minyak untuk energi,” sebutnya.

Dengan berbagai permasalahan sosial tersebut, menurut Gatot, yang paling utama dibutuhkan adalah pasokan makanan. Kondisi inilah yang harus diantisipasi Indonesia. Apalagi diprediksi sekitar tahun 2043, semua penduduk di dunia bakal mencari pangan di negara-negara ekuator.

Hal tersebut karena lahan di negara-negara ekuator seperti Asia Tenggara, Afrika Tengah, dan Amerika Latin, dinilai cocok buat bercocok tanam. Sedangkan air, pangan, dan energi terbarukan banyak terdapat di negara-negara ini.

“Miliaran orang akan mencari makan di ekuator. Ini mulai terlihat bahayanya pertumbuhan penduduk,” ungkapnya.

Indonesia saat ini, harus siap menghadapi kenyataan ini. Apalagi, menurutnya, Indonesia adalah salah satu negara di ekuator yang energinya luar biasa besar. Tentu kondisi ini menarik negara lain, sehingga perlu diantisipasi.

“Sepanjang ekuator, negara yang energinya luar biasa adalah Indonesia,” tegasnya.

Selain persoalan kesenjangan sosial, Gatot menambahkan saat ini di tengah-tengah masyarakat juga muncul gaya hidup baru. Setiap orang asyik dengan gadgetnya masing-masing, menyebabkan orang menjadi antipati dengan kondisi sosial.